Tercemarnya Sumber Air Merusak Kehidupan Ekosistem

Thursday, February 25, 20210 komentar

 Tercemarnya Sumber Air Merusak Kehidupan Ekosistem

  (Ilustrasi pencemaran sumber air. Photo : pixabay.com)

Air adalah salah satu sumber kehidupan yang sangat penting. Dengan air semua mahkluk dapat hidup. Berawal untuk tumbuhnya tumbuhan sebagai sumber utama makanan dan tempat tinggal hewan, hingga untuk kebutuhan hidup setiap mahkluk. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa semua mahkluk yang hidup membutuhkan air.

Air yang ada di bumi kita memanglah melimpah. Menurut Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat, total kandungan air yang ada di bumi ini sekitar 326 juta kubik mil. Dua pertiga atau hampir 72% permukaan bumi adalah lautan, tetapi 97% air tersebut adalah air asin dan tidak baik untuk diminum. Bayangkan bahwa hanya tersisa beberapa persen saja dari air yang ada di bumi ini yang dapat diminum. Sementara itu, 70% dari air yang dapat diminum tersebut masih berbentuk es. Hanya kurang dari 1% saja air yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Lalu 1% yang sangat sedikit itu semakin tercemari karena ulah manusia itu sendiri.

Air adalah zat pelarut universal yang dapat melarutkan banyak zat lain daripada cairan yang ada di bumi ini. Sehingga air sangat rentan dengan polusi. Polusi-polusi ini datang dari berbagai hal, terutama sangat berkaitan dengan aktivitas manusia. Aktivitas manusia seperti membuang sampah ke sungai hingga limbah industri menyebabkan air menjadi tercemar.

Menurut Encyclopaedia Britannica, polusi air adalah pelepasan zat ke dalam air tanah di bawah permukaan atau ke danau, aliran, sungai, muara dan lautan ke titik di mana zat mengganggu penggunaan air yang bermanfaat atau fungsi alami ekosistem.

Pencemaran air adalah tercampurnya sumber air dengan zat-zat berbahaya yang disebabkan oleh aktivitas manusia yang membuat kondisi air sungai berubah dari sifat-sifat alaminya. Zat-zat ini meliputi sisa sampah rumah tangga hingga limbah industri dan rumah sakit yang mengandung zat berbahaya.

Dengan adanya teknologi para ilmuwan kini dapat dengan mudah mendeteksi lebih banyak polutan dalam konsentrasi yang lebih kecil. Ini tentu menjadi kabar yang kurang baik bagi kita, karena air yang kita konsumsi dan ada di sekitar kita mulai tercemar berat. Air-air ini banyak mengandung kotaminasi dari berbagai limbah mulai dari pil KB hingga minyak dan zat-zat berbahaya sisa industri. Bila ini terjadi terus menerus maka sumber air ini hanya akan menjadi genangan racun raksasa.

Permasalahan pencemaran sungai di Indonesia memanglah sudah sangat parah. Dikutip dari Kompas, berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), di tahun 2015 hampir 68 persen mutu air sungai di 33 provinsi di Indonesia dalam status tercemar berat, di antaranya sungai Brantas, Citarum, dan kali Wonorejo yang baru-baru ini tampak menghasilkan busa putih.

Mengutip Tirto bahwa Sungai Citarum dan Kalimantan, pada 2013 silam mendapat vonis sebagai sungai paling tercemar di tataran internasional. Ketentuan tersebut berdasarkan laporan tahunan dari Green Cross Swiss dan Blacksmith Institute. Berdasarkan investigasi lapangan yang dilakukan oleh Blacksmith Institute misalnya, di Sungai Citarum, mereka menemukan kandungan timbal lebih dari 1.000 kali standar United States Environmental Protection Agency (USEPA) dalam air minum. Air di Sungai Citarum memiliki konsentrasi mangan yang hampir empat kali mereka dari tingkat yang direkomendasikan.

Berdasarkan data hasil penelitian Peneliti Pusat Teknologi Lingkungan BPPT, Arie Herlambang, menyatakan bahwa Indonesia telah gagal mencegah turunnya kualitas air bersih dalam 50 tahun terakhir. Menurutnya sekitar 1,2 miliar penduduk dunia ini tidak mempunyai akses air bersih. Selain itu, penduduk yang tidak memiliki fasilitas dasar sanitasi yang memadai berjumlah dua kali lipat dari permasalahan akses air bersih.

Pernasalahan pencemaran air ini tidak hanya berdampak pada sungai saja, melainkan ke lautan lepas, karena sungai- sungai ini bermuara ke laut. Selain itu banyak pelabuhan di Indonesia yang masih kurang bisa menjaga kebersihan pelabuhan. Kotak-kotak bekas muatan barang, potongan kayu, besi dan limbah industri lainnya ikut mencemari lautan ini. Ombak lautan membawa sampah-sampah ini hingga bermuara ke pantai-pantai yang ada di Indonesia. Sehingga sektor pariwisata di indonesia pun ikut kena imbasnya. Kini keindahan pantai-pantai Indonesia penuh dengan tumpukan sampah.

(Ilustrasi pencemaran air laut. Sumber : bulelengkab.go.id)

Jika permasalahan ini terus dibiarkan akan semakin parah dan mencemari seluruh sumber air yang ada di Indonesia. Ketika sumber air yang ada mulai tercemari maka akan berdampak pula pada mahkluk hidup di ekosistem tersebut. Seperti berkurangnya populasi ikan hingga lenyapnya mikroorganisme dan tumbuhan di sekitar sungai. Bahkan penncemaran air ini membuat perkembangan yang tidak biasa pada hewan yang hidup dalam sungai yang tercemar. Melansir dari Tempo, sisa hormon dari limbah popok bayi dan pembalut yang dibuang ke hilir kali Karangpilang dan Gunungsari, Surabaya, membuat beberapa populasi ikan mandul dan mengembangkan kelamin ganda (interseks). Selain itu, akibat pencemaran limbah domestik lainnya menjadikan ikan-ikan di sungai dan kali Surabaya menderita cacat fisik dan gizi buruk.

Pencemaran air sangatlah merugikan bagi kehidupan mahkluk hidup. Dalam air yang tercemar, terkandung sumber penyakit dan zat-zat yang berbahaya bagi kehidupan manusia, maupun mahkluk hidup di ekosistem tersebut. Banyak sekali penyakit yang dibawa oleh pencemaran air ini, salah satunya adalah kolera. Kolera adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio Chlorae saat kita mengonsumsi air atau makanan yang terkontaminasi oleh feses orang yang mengidap penyakit ini. Termasuk ketika kita mencuci bahan makanan dengan air yang terkontaminasi. Gejala-gejala dari penyakit ini antara lain diare, muntah, kram perut, dan sakit kepala. Ternyata penyakit kolera ini pernah menjadi pandemi loh. Pandemi kolera ini terjadi pada tahun 1817 hingga 1824.

 

(Kala kolera menyerang batavia. Sumber : historia.id)

Mengutip Wikipedia, Pandemi kolera pertama (1817-24), juga disebut sebagai pandemi kolera Asiatik pertama (first Asiatic cholera pandemic) atau kolera Asiatik (Asiatic cholera), bermula di dekat kota Kolkata dan menyebar cepat melalui Asia Tenggara ke Timur Tengah, Afrika bagian timur dan garis pantai Laut Mediterania. Beberapa ahli epidemi dan sejarawan medis menyatakan bahwa pandemi ini bermula secara global dari sebuah ritual penyembahan Hindu bernama Kumbh Mela yang dilaksanakan di bagian atas Sungai Gangga, India. Diduga wabah ini diperluas ke berbagai negara lainnya oleh para prajurit Britania yang membawa orang-orang yang mengidap penyakit ini.

Selain kolera ada juga penyakit seperti amebiasi, disentri, diare, hepatitis a, keracunan timbal, malaria, polio, trachoma yang disebabkan oleh pencemaran air ini. Memang penyakit ini tidak berbahaya layaknya kanker. Walaupun demikian semua orang tentunya tidak ada yang ingin dirinya maupun anggota keluarganya ada yang sakit. Penyakit ini akan lebih mudah menyerang seseorang dengan kondisi sistem imun yang lemah, seperti bayi, anak-anak, lansia, dan wanita hamil.

Sungai-sungai ini adalah sumber utama kebutuhan air bagi masyarakat. Tentu Masyarakat juga harus ikut merawat dan menjaga kebersihan sungai. Aktivitas seperti membuang limbah ke sungai seharusnya dihentikan. Jika memang tidak ada tempat penampungan sampah di sekitar kampung. Masyarakat sebaiknya membuat tempat sampah sementara sebelum petugas kebersihan datang mengambilnya. Sampah-sampah tersebut haruslah dikelompokan menurut jenisnya masing-masing, sehingga tidak menyulitkan petugas kebersihan nantinya. Selain membuat penampungan sampah sementara, warga juga sebaiknya mengurangi penggunaan sampah plastik atau barang sekali pakai. Warga bisa menggunakan tas atau keranjang belanja sebagai alternatif menggunakan plastik.

Pemerintah dan masyarakat harus bersinergi menyelesaikan permasalahan ini. Tidak bisa jika hanya dari satu belah pihak saja. Pemerintah memiliki peranan yang penting juga dalam penanganan permasalahan sungai ini. Daerah yang belum memiliki tempat penampungan sampah seharusnya segera disediakan. Aturan mengenai membuang sampah di sungai harus lebih ditegaskan lagi. Jika masih membuang sampah terus menerus di sungai maka akan dikenakan denda yang tinggi.

Sudah seharusnya kita semua bersatu untuk menangani permasalahan sampah ini. Tidak hanya mengandalkan dari satu belah pihak saja tanpa ada kontribusi dari kita semua. Air di alam adalah sumber kehidupan. Kelestarian alam adalah tanggung jawab kita bersama untuk menjaganya. Sehingga anak cucu kita nantinya dapat menikmati keindahan alam yang ada di Indonesia ini.



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Forum Bagi Ilmu
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Kucing Bawuk | Bundel Template | bundel
Copyright © 2011. Berbagi Ilmu - All Rights Reserved
Template Created by Gold Hamer Published by Bundel Template
Proudly powered by VIP Golden Hammer